Meskipun mengandung banyak zat gula, madu berkhasiat mengobati
gejala penyakit gula dan komplikasinya.
Sesungguhnya, mengonsumsi zat-zat kimia selain gula berguna
untuk membersihkan makanan dan minuman bagi para penderita diabetes.
Misalnya zat sokrol yang rasanya enak. Tapi, zat itu memiliki efek samping
bagi tubuh. Karena itu, banyak ilmuwan berusaha meneliti zat
lain selain sokrol dan gula putih (gula tebu).
Banyak ilmuwan menyebutkan bahwa para pasien diabetes jika
mengonsumsi madu akan mengalami perubahan di dalam hati menjadi gula
hewan/gula otot (glikogen). Setelah itu, biasanya tubuh
akan mendapatkan manfaat secara alami.
Pada tahun 1953, para ilmuwan Jerman: Karneim dan
kawan-kawannya menyatakan bahwa 50% gula buah (sukrosa) di
dalam tubuh akan berubah menjadi zat glikogen yang bermanfaat bagi penderita
diabetes. Kenyataan ini sampai kepada para ilmuwan Eropa, seperti
Hatsnison, Amoes, dan Toebys. Mereka menyebutkan bahwa madu merupakan
bahan pembersih makanan dan minuman terbaik. Pemberian madu kepada penderita
diabetes sebanyak 20 gram saat berbuka puasa, 20 gram setelah waktu
zhuhur, tanpa perubahan apa pun pada pengobatan harian mereka, tidak
akan meningkatkan kadar gula darah. Madu yang digunakan harus madu alami,
bukan madu buatan yang banyak dicampur dengan gula.
Dua tokoh ilmuwan, Strews dan Ruzenfeld, menyatakan
bahwa gula yang berbeda akan menghasilkan hasil yang beragam.
Mengonsumsi gula buah yang sesuai dengan tubuh penderita, lebih baik dibandingkan
gula putih (gula tebu).
Pada tahun 1971, di Negara Bagian Kakuta, wilayah
Wisconsin, AS, tersebar kisah insinyur AS penderita diabetes. Setiap
pengobatannya selalu mengalami kegagalan karena komplikasi penyakit.
Para tetangga menasihatinya untuk mengonsumsi madu sebagai zat
pembersih makanan dan minumannya. Dia disarankan untuk menghindari
gula putih. Untuk itu, dia coba mengonsumsi madu sebagai bagian dari
makanan dan minumannya. Setelah mengonsumsi madu, kadar gula di
dalam darahnya menurun drastis dan keadaannya juga semakin membaik.
Ketika hal itu dipublikasikan, dua orang berkebangsaan AS
(suami-istri) yang menderita diabetes beralih mengonsumsi banyak madu dan
buah. Pada akhirnya, sepasang suami-istri tersebut sembuh dari
penyakit diabetes. Dengan demikian, jelaslah bahwa mengonsumsi madu dan
banyak buah sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
Ilmuwan muslim Dr. Musthafa Siba’i menceritakan
pengalaman pribadinya ketika sembuh dari penyakit diabetes dengan
menggunakan madu. Tidak hanya itu, dia menjaga makanan dengan
memakan buah segar.
Nyatalah sudah kebenaran hadits Rasulullah SAW yang mulia,
yang menyatakan: “Hendaklah kalian menggunakan dua penyembuh ini, yaitu AI
Qur’an dan madu.”
Dan, firman Allah SWT: “… di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan
bagi manusia….” (QS. An-Nahl [16]:69).
Beliau mengatakan bahwa setelah lima bulan sejak mulai
menggunakan aturan ini dalam pengobatan, kadar gula pada
saluran kantong kemih menghilang dengan sempurna. Kadar gula darahnya
berkurang drastis hingga mendekati batas alami.
Tokoh pertama yang menyatakan manfaat madu adalah Defedoerf
dari Rusia pada tahun1915. Dia menyebutkan bahwa gula madu lebih
utama dibandingkan dengan gula lainnya sebagai makanan para
penderita diabetes. Gula madu mencegah zat asam pada darah. Para ilmuwan
Rusia menemukan zat pada madu yang melakukan aktivitas insulin dan bekerja
menyembuhkan kadar gula.
Seorang ilmuwan Universitas Otawa, Kanada, mengatakan bahwa
di dalam madu, tersusun zat yang memotivasi aktivitas sel penghasil
insulin. Insulin sendiri, secara alami dihasilkan di pankreas. *** (disarikan
dari beberapa sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar